Reengineering Sumber Daya Manusia
Posted by : Tris Susanti Dewi, 21 November 2012 15:20:45
Kategori: Strategi SDM | Viewed : 1536 | Rating:
Reenginering Sumber Daya Manusia merupakan cara perusahaan
melakukan rekayasa ulang yang berkaitan dengan proses bisnis. proses
SDm sering menjadi sasaran utama rekayasa (Reengineering)guna
meningkatkan efisiensi Biaya, layanan kepada konsumen dan daya saing.
Reenginering merupakan istilah yang digunakan untuk mengacu pada
perubahan organisasi dalam cakupan yang luas, meliputi downsizing,
delayering, restrukturisasi dan perbaikan proses (Young & Brockbank,
1994). Perubahan tersebut akan berjalan baik jika sumber daya manusia
dirubah terlebih dahulu untuk mendukung tujuan tsb, sehingga timbullah
istilah reengineering SDM. Jadi target dari reengineering SDM berkaitan
dengan efisiensi biaya, peningkatan pelayanan kepada pelanggan dan daya
saing Usaha.
Apa yang di maksud dengan Reengineering
Hammer
dan Champy mendefinisikan reengineering sebagai pemikiran ulang serta
fundamental dan perancangan ulang secara radikal atas proses-proses
bisnis untuk mendapatkan perbaikan dramatis dalam hal-hal ukuran-ukuran
kinerja yang penting dan kontemporer, seperti biaya, kualitas,
pelayanan, dan kecepatan.
Fundamental :dalam melaksanakan
reengineering pelaku bisnis harus menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang
paling mendasar (fundamental) tentang perusahaan mereka dan bagaimana
operasinya. Pertanyaan-pertanyaan fundamental ini memaksa pelaku bisnis
untuk melihat aturan-aturan tak tertulis dan asumsi-asumsi mendasar cara
mereka menjalankan bisnis.
Radikal :berasal dari bahasa latin
Radix yang berarti akar. Merancang ulang secara radikal, berarti mulai
dari akar permasalahan. bukannya membuat perubahan-perubahan yang
superspesial atau berkutat dengan apa yang sudah ada, akan tetapi
melempar jauh-jauh yang lama. Reengineering ditujukan dengan aktivitas
tentang mencipta ulang bisnis, bukan meningkatkan bisnis, memperkuat
bisnis atau memodifikasi bisnis.
Dramatis : Reengineering
bukanlah upaya mencapai peningkatan secara marjinal atau incremental
tetapi mencapai suatu lompatan besar (quantum leaps) dalam hal kinerja
perusahaan.
Proses: Sebagai pelaku bisnis tidak berorientasi
terhadap proses, mereka memusatkan perhatian pada tugas-tugas,pekerjaan,
orang-orang, struktur dsb.
Reengineering merupakan penemuan
pendekatan-pendekatan baru untuk memproses struktur kerja yang berbeda
dari pendekatan pada era-era sebelumnya. jadi reengineering adalah
lompatan besar (quantum leap) dalam hal kinerja yang merupakan
penyempurnaan seratus persen bahkan sepuluh kali lipatnya yang dapat
terjadi dari proses-proses dan struktur-struktur kerja yang benar-benar
baru, sehingga merupakan pedoman yang pasti untuk menciptakan suatu
bentuk baru perusahaan bagi dunia bisnis baru. (Hammer & Champy,
1995).
Mengapa Perlu Reengineering SDM
Setiap organisasi
terbentuk dari 3 pilar utama yaitu proses, sumber daya manusia dan
teknologi. Dalam mendesain serangkaian proses, ketiga elemen tersebut
harus dipadukan sesuai dengan kebutuhan pasar atau pelanggan. Perlu
diperhatikan sumber daya manusia yang akan mengoperasikan proses
tersebut, teknologi juga digunakan untuk mendukung proses terutama
teknologi informasi. Teknologi memainkan peran utama bersama dengan
proses dan sumber daya manusia, bagi kesuksesan reengineering. ketiga
elemen tersebut harus secara efektif dipadukan untuk melakukan strategi
bisnis.
Berdasarkan penelitian Yeung dan Brockbank (1994)
terhadap 160 eksekutif perusahaan besar di California menunjukkan
terdapat tiga faktor utama yang mendorong dilakukan reengineering yaitu :
pengurangan biaya, meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, dan
perubahan budaya perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
pengurangan biaya merupakan yang terpenting yakni 79% dari jawaban
responden, urutan kedua untuk meningkatkan pelayanan (76%) sedangkan
urutan ketiga merubah budaya perusahaan yang bertujuan mengurangi
birokrasi dan pemberdayaan karyawan (70%).
Dengan reengineering
SDm diharapkan setelah layanan SDM yang penting dan rutin terarah serta
terstandarisasi dengan menggunakan teknologi informasi, maka
fungsi-fungsi SDM dapat dibebaskan dari standar dan arah tersebut guna
lebih memfokuskan pada aktivitas-aktivitas SDM yang bernilai tambah
tinggi (Yeung & Brockbank, 1994).
Untuk mendukung
reengineering SDM perusahaan juga perlu melakukan restrukturisasi
manajemen (management restructuring) yakni upaya penataan kembali sistem
manajemen perusahaan agar perusahaan mampu memenuhi kriteria world
class company. strategi yang dilakukan melalui restrukturisasi :
1.
Dewan direktur atau CEO yaitu memperbaiki sistem manajemen perusahaan
dengan cara memperbaiki kualitas pengambilan keputusan. mekanisme ini
digunakan dengan mengganti para pengambil keputusan yakni memilih
pimpinan puncak yang mempunyai visi dan leadership.
2.
Restrukturisasi budaya perusahaan (corporate Culture Restructuring)
melakukan perubahan budaya perusahaan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. tahapan yang dilakukan menginventarisir budaya yang telah
ada kemudian mengevaluasi budaya tersebut sesuai dengan kebutuhan. jika
budaya tersebut tidak mendukung maka harus diambil budaya dari luar yang
dapat diaplikasikan, kemudian diasosialisasikan kepada seluruh anggota
perusahaan.
3. Business Process Re-Engineering yakni bagaimana
perusahaan memperbaiki proses operasi perusahaan yang memiliki fokus
kepada kecepatan pelayanan, keakuratan pelayanan, kehandalan produk dan
jasa, penghematan proses dalam mekanisme kontrol yang efektif. untuk
mengimplementasikan business process Re-Engineering perlu didukung
penggunaan teknologi informasi. (Syakhroza. A dan Jebarus. F, 1998).
Selain
restrukturisasi manajemen juga perlu melakukan restrukturisasi
organisasi (Organization Restrukturing) yakni upaya meningkatkan proses
pengambilan keputusan atau memangkas birokrasi dan upaya yang
menyesuaikan kebutuhan karyawan sesuai dengan kondisi optimal. dapat
dilakukan dengan Strategi :
1. Delayering dimaksudkan untuk
mengutangi mata rantai birokrasi dalam perusahaan yang sering disebut
Verical Approach. Strategi ini dapat dilakukan dengan pembentukan
kelompok kerja (teamwork).
2. Downsizing : Upaya memperkecil besaran
perusahaan melalui penggabungan beberapa fungsi perusahaan yang sering
disebut horozontal approach. Downsizing dilakukan dengan pengurangan
jumlah karyawan, kadang jumlah unit operasi, namun dengan atau tanpa
mengubah komposisi bisnis dalam portofolio perusahaan. pendekatan ini
mensyaratkan pemutusan hubungan kerja dan juga mengurangi jumlah jenjang
hirarki organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar