Peran Pemimpin dalam Membangun Budaya Organisasi
Posted by : Tris Susanti Dewi, 15 Januari 2013 08:41:33
Kategori: Organisasi | Viewed : 3980 | Rating:
Peran Pemimpin dalam Membangun Budaya Organisasi
Konsep
kepemimpinan telah berpuluh-puluh tahun diteliti oleh ratusan ahli,
melalui berbagai metode, berfokus pada berbagai elemen kepemimpinan,
dengan berbagai sudut pandang. Tentunya hasil yang diperoleh juga
beragam. Salah satu temuan yang paling konsisten di antara ratusan
penelitian tersebut adalah bahwa satu gaya/tipe kepemimpinan tidak dapat
diterapkan secara terus-menerus, melainkan bergantung pada: situasi,
tugas yang diemban, dan karakteristik dari para bawahan yang
dipimpinnya. Salah satu contoh situasi yang berbeda-beda di mana seorang
pemimpin menjalankan perannya, adalah fase/tahap-tahap sebuah
organisasi dalam siklusnya. Peran seorang pemimpin pada saat organisasi
baru dibentuk dan pada saat organisasi sudah mulai “menua”, sangatlah
berbeda.
Fase Pendirian: Pemimpin sebagai Penggerak Organisasi
Pada
masa-masa awal sebuah organisasi berdiri, fungsi seorang pemimpin
adalah memberikan pasokan energi yang dibutuhkan agar sebuah organisasi
dapat “lepas landas”. Peran yang sering kali dianggap paling penting
adalah memberikan visi;arah dan tujuan kemana organisasi menuju. Yang
tidak kalah penting adalah sebagai pusat dan pemberi energi bagi seluruh
karyawan di kala mencoba berbagai strategi, menghadapi berbagai
kegagalan, dalam upaya membangun sebuah organisasi yang tangguh. Energi
yang kuat datang dari seorang pemimpin yang dapat memberi keyakinan,
membangkitkan motivasi yang pada dasarnya memberi napas bagi seluruh
organisasi. Sebagai pusat penggerak seluruh organisasi.
Fase Pembentukan: Pemimpin sebagai Pencipta Budaya
Setelah
sebuah organisasi berhasil memiliki SDM yang potensil untuk hidup dan
tetap bertahan hidup, maka seorang pemimpin “menularkan” semangat
kewirausahaan, kepercayaan diri dan nilai-nilai yang dianutnya kepada
para bawahannya. Hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara:
• Ia hanya merekrut orang-orang yang memiliki nilai-nilai, memiliki visi, dan pola tingkah laku yang sama dengannya;
•
Ia mengkomunikasikan, mensosialisasikan, serta melakukan indoktrinasi
kepada para bawahannya tentang nilai-nilai dan cara berpikir dan
bertingkah laku yang ia inginkan;
• Ia memberikan contoh kepada para
bawahannya bagaimana seharusnya berpikir dan bertingkah laku, sehingga
para bawahannya akan menjadikannya tokoh panutan dan menginternalisasi
nilai-nilai yang dianut pemimpinnnya. Di sini terlihat jelas peran
seorang pemimpin dalam menciptakan budaya kerja yang diinginkan. Sifat,
kepribadian, dan tingkah laku seorang pemimpin menjadi embrio sebuah
budaya dalam organisasinya. Karenanya, konsistensi antara apa yang
dikatakan dan diharapkan dengan apa yang dilakukan menjadi faktor
krusial.
Fase Pemeliharaan: Pemimpin sebagai Pemelihara Budaya
Sering
kali sebuah organisasi mengalami kegagalan karena lalai mempertahankan
competitive edge-nya. Produk yang cepat usang, nilai tambah yang tidak
terus ditingkatkan adalah sebagian contoh penyebab runtuhnya sebuah
organisasi. Budaya organisasi memegang peranan penting di sini. Sebuah
contoh, budaya “inovasi” dan “mengutamakan kebutuhan pelanggan” yang
telah berhasil dibentuk pada masa pembentukan dan pemeliharaan, gagal
dipelihara keberadaannya. Apa yang tercipta dengan baik pada masa muda
sebuah organisasi-energi yang besar dan visi yang kuat dari sang
pemimpin-meluntur pada saat organisasi tersebut bertambah usianya.
Kegagalan seorang pemimpin pendiri sering kali terjadi pada masa ini, di
mana ia tidak berhasil menciptakan para pemimpin penerus, yang mampu
memelihara budaya organisasi yang telah terbentuk.
Fase Perubahan: Pemimpin sebagai Agen Perubahan
Kegagalan
sering kali juga terjadi karena para pemimpin tidak dapat beradaptasi
dan mengikuti cepatnya perubahan yang terjadi di sekelilingnya. Prinsip
dan nilai-nilai yang secara kaku diterapkan, budaya yang solid
terbentuk, sering kali justru membawa malapetaka pada saat prinsip,
nilai dan budaya yang dianut sudah tidak sesuai lagi dengan perubahan
zaman. Pemimpin pada sebuah organisasi yang sudah “mature” harus
terus-menerus mengevaluasi, apakah nilai dan budaya yang dianut masih
mendukung pada saat perubahan terjadi. Perubahan nilai dan budaya justru
harus dimulai dari sang pemimpin. Pemimpin menjadi orang pertama dan
yang paling ingin untuk berubah. Ia adalah orang yang berdiri di garis
paling depan upaya perubahan. Seorang pemimpin perubahan.
Disarikan dari buku: Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Penulis: Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A.,dkk,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar