Manajemen Kinerja
Posted by : Rakhmi Razali, 18 Februari 2009 20:05:51
Kategori: Kinerja | Viewed : 3245 | Rating:
Manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk menetapkan pemahaman bersama tentang:
-APA- yang akan dicapai dan -BAGAIMANA- mencapainya.
Manajemen
kinerja merupakan pendekatan untuk mengelola orang agar dapat
meningkatkan kemampuan untuk mencapai sukses. APA yang akan dicapai
diturunkan atau diterjemahkan berdasarkan tujuan dan strategi
organisasi. Sementara BAGAIMANA mencapainya, diturunkan atau
diterjemahkan berdasarkan kompetensi perilaku yang dituntut untuk
pekerjaan/visi dan misi organisasi.
Pada dasarnya sistem
manajemen kinerja adalah sebuah siklus yang berjalan dalam satu periode
tertentu (biasanya satu siklus berjalan dalam periode 1 (satu) tahun.
Siklus ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan, yaitu:
Tahap 1.
Perencanaan Kinerja, bertujuan untuk menetapkan target kinerja (goal
setting) yang sesuai dengan rencana organisasi, yang diperoleh dengan
kesepakatan bersama antra atasan dan bawahan untuk mencapai komitmen dan
rasa memiliki secara bersama-sama.
Dalam tahap ini didefenisikan
tanggungjawab jabatan dan ekspektasi -ekspektasi terhadap pekerjaan,
sehingga jelas bagi individu pemegang jabatan.
Tahap 2.
Pembimbingan Kinerja (coaching), bertujuan mendiskusikan dan memberikan
dukungan secara berkelanjutan/kontinyu agar orang dapat mencapai target
kinerjanya sesuai dengan tujuan organisasi. Dalam tahap ini atasan akan
memberikan bimbingan agar orang tersebut dapat mengatasi
hambatan-hambatan yang dialaminya dalam upaya mencapai target
kinerjanya. Bimbingan yang diberikan sebagai umpan balik juga dapat
menjadi dasar untuk merencanakan program pelatihan dan pengembangan yang
diperlukan agar orang tersebut dapat meningkatkan kompetisinya sehingga
mencapai target kinerja yang ditetapkan. Atasan juga melakukan
penekanan dan dukungan terhadap perilaku yang efektif dan menunjang
pencapaian target.
Tahap 3. Evaluasi Kinerja, bertujuan
mengevaluasi kinerja aktual yang dicapai orang tersebut dan
membandingkannya dengan rencana kinerja yang telah ditetapkan sesuai
target kinerja. Umpan balik terhadap pencapaian kinerja tersebut menjadi
dasar untuk mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikembangkan
selanjutnya pada siklus berikutnya.
Penetapan sasaran kuantitatif
(APA) adalah relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan
penetapan sasaran kompetensi yang lebih kualitatif (BAGAIMANA). Begitu
juga dengan proses pengembangan kompetensi juga lebih sulit dan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan proses
pengembangan pengetahuan dan keahlian. Oleh karena itu penetapan sasaran
kompetensi dan pengembangan kompetensi yang terlalu banyak pada satu
periode, tidak dianjurkan karena akan mendemotivasi karyawan dan sulit
untuk dilakukan. Oleh karena itu, lebih baik untuk menjaga fokus sasaran
dan pengembangan pada sejumlah kompetensi terbatas yang paling
prioritas dalam meningkatkan kinerja individu dan organisasi.
Pengembangan dan pencapaian sasaran kompetensi yang terbatas lebih
memungkinkan dan memberikan efek domino yang lebih efektif dalam
meningkatkan kinerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar